5/23/10

Buah Pergaulan

Ilustrasi dari http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:gk9SAm7j1e1qQM:http://kfk.kompas.com/system/files/imagecache/sfk_preview_600x600/Brompit_1.JPG



Anda punya kawan??!!

Seratus persen saya bisa pastikan, selama Anda masih manusia yang berkodrat sebagai mahluk sosial, tentu saja Anda punya Kawan. Namun, pertanyaan lanjutannya adalah seberapa banyak kawan Anda??

Dan bisa jadi, lagi-lagi, untuk pertanyaan tersebut Anda akan menjawab: Banyak! Kemudian, jika ditelusuri lebih jauh lagi, "Kenalkah Anda dengan kawan Anda yang banyak itu??" Saya meragukannya dengan amat sangat.

Mengapa??? Jawabannya ada pada pengalaman saya malam ini.

Ketika saya sedang dalam angkutan kota atau angkot, tiba-tiba saja ada seorang pengendara sepeda motor yang memanggil-manggil nama saya. "Pir...Pir...Mau kemana lu?" Sontak saya pun terkesiap, "Hei..mau ke....Pasar Minggu Mas...eh nggak deng..Balai Rakyat deng tepatnya.."

Malam itu, suasana jalanan sedang macet karena ada galian jalan untuk underpass di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Itulah sebabnya saya dan sang pengendara motor tadi bisa saling bertegur sapa melalui pintu belakang angkot yang memang selalu terbuka. "Udeh naik motor gua aja, gua mau ke arah Ampera kok. Lewat situ kok (baca: Balai Rakyat)," balasnya sejurus kemudian sambil menggelengkan kepala ke arah jok belakang motor Yamaha Jupiternya pertanda ajakan untuk membonceng saya.

Usai membayar seribu rupiah kepada sang supir angkot tadi, saya pun melaju bersama sang pengendara motor. Murah memang, pasalnya, saya belum lebih dari 100 meter menumpang angkutan kota jenis mikrolet tersebut. Kalau dihitung-hitung, jika saya harus tetap menumpang angkot sampai tempat tujuan saya, maka sayapun harus membayar ongkos sebesar tiga ribu rupiah. Tidak hanya itu, dari sana, saya masih harus menumpang angkot lagi ke rumah saya. Dan ongkosnya untuk itu cukup seribu rupiah. Jadi, jika ditotal-total...ongkos yang diperlukan adalah empat ribu rupiah.
Nah, karena saya telah dibonceng oleh sang pengendara motor tadi maka sayapun tidak perlu membayar itu semua.
Bahkan saya tidak perlu repot-repot transit angkot-yang tentu saja akan memakan sejumlah energi, waktu, dan pastinya materi-untuk bisa tiba di rumah. Hanya seribu rupiah tadilah yang 'melayang'.

"Kemarenan gua ketemu Mahdi tuh...," teriak sang pengendara motor sambil sesekali melengoskan kepalanya ke belakang. "Oh iya...," balas saya sekenanya. "Iya...si Juman..juga katanya masuk malam terus tuh..," lanjut cerita sang pengendara motor yang sudah lebih dari empat kali dia menyebut nama orang yang berbeda. Dan kesemuanya itu adalah kawan-kawan di tempat kerja saya.

Roda motor terus berputar. Rumah sayapun saya tinggal sepelemparan batu. Namun, sang pengendara motor masih asik meracau tentang dia, kawan-kawannya-yang juga notabene kawan saya juga, dan berbagai kisah terkait lainnya.

"Bro..gua turunnya di gang depan itu aja yak...itu gang-an gua," celetuk saya memotong cerita sang pengendara motor setelah 15 menit perjalanan. Sebagai perbandingan saja, kalau saya tetap naik angkot tadi, maka biasanya saya baru tiba di rumah setelah sekitar 45 menit perjalanan. "Ya sudah..gua duluan lah yak..sampai ketemu lagi," tutup si pengendara motor mengakhiri percakapan kami.

Dan hingga saya tiba di rumahpun, saya masih bertanya-tanya. Siapa gerangan nama dari pengendara motor tersebut. Saya percaya, dia adalah salah satu dari kawan saya. Tidak hanya itu, saya juga yakin ketika dulu saya bergaul dengan sang pengendara motor tadi saya pasti dipandang baik dalam bergaul. Sehingga tidak heran, malam ini sang pengendara motor itupun 'mencoba' membalas kebaikan yang saya juga tidak ingat persis dimana saya pernah melakukan itu kepadanya.



-PO-
(darisudutkamar)
03:14 AM

No comments:

Post a Comment