12/22/13

Ratu, Timnas-U-23, dan Musibah

Diego Michiels (bertopi) sedang dikawal petugas dengan tangan terborgol  saat penyerahan berkas pemeriksaan di Kejaksaan Tinggi Jakarta Pusat, Rabu (19/12/2012). Michiels menjadi tersangka dalam dugaan kasus pemukulan terhadap mahasiswa asal Bogor di diskotek Domain Senayan pada tanggal 8 November lalu. 

MALAM baru saja mengambil perannya, menggantikan senja di Masjid Baitussolihin, Jalan Bahayangkara nomor 1, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin 7 Oktober 2013; ketika Ratu Atut Chosiyah menggelar istiqasah atau pengajian bersama ribuan warga Banten.

Doa dan shalawat pun dinaikkan secara bersama. Tujuannya satu! Ada sebuah keajaiban yang hinggap. Ya, paling tidak mukjizat itu berwujud rasa damai di hati yang gundah pasca ditetapkannya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan -sang adik kandung Atut- oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Wawan memang sedang tersandung kasus suap kepada Ketua Mahkamah Konstitusi non-aktif Akil Mochtar.

Tentu, bukan Tuhan yang tertidur manakala doa-doa seolah tak mujarab. Tapi, memang naturalitas dari doa itu sendiri yang tak bisa dipaksakan, bahwa doa tidak akan mengubah Tuhan (dalam membuat keputusan). Tapi, doa, sejatinya, justru merubah manusia yang memanjatkannya. Begitu sabda Soren Kierkegaard, seorang filsuf kenamaan dari Denmark.

Walhasil, alih-alih merasakan damai di hati, Ratu Atut malah menjadi shock manakala KPK juga menetapkan sang gubernur Banten ini menjadi tersangka dalam kasus korupsi dugaan suap sengketa pemilihan kepala daerah di Lebak, Banten, pada Selasa (17/12).

Sementara itu di tempat lain berjarak ribuah kilometer, malam juga masih menggelayuti stadion Zeyar Thiri, di Naypyidaw, Myanmar, Sabtu (21/12). Meski ada ribuan orang saling bersorak menyemangati finalis sepakbola, Indonesia-Thailand di ajang Sea Games ke 27 ini, tapi itu tak cukup menyemarakkan stadion yang berkapasitas 30 ribu penonton itu.

Paling tidak, banyaknya bangku kosong yang tampak dari layar kaca SCTV, ini membuktikan kurang semaraknya suasana di negeri tanah emas itu.

Seolah ingin turut menyemarakkan ajang final sepak bola Sea Games 2013 tersebut, saya sekeluarga malah membuat keriuhan tersendiri di rumah. Ayahanda saya sibuk melontarkan komentar setiap kali timnas U-23 gagal menembakkan bola ke gawang Thailand dengan tepat.

“Itu mereka apa ngga' pernah berlatih menembak jarak jauh, ya? Kok tembakannya melenceng melulu sih?”

Saya sendiri, coba buat keriuhan kecil dengan celetukan-celetukan kekecewaan melihat kerja sama timnas U-23 yang tak sebaik para juniornya di timnas U-19 dalam mengolah ‘si kulit bundar’.

Lain cerita dengan sang ibu. Tidak ada komentar yang terlontar dari mulutnya manakala Yohanes Pahabol dkk seperti tak berdaya menembus pertahanan timnas Thailand. Namun, ibu malah sibuk mengucapkan nama Tuhan Allah memohon kemenangan bagi pasukan ‘merah-putih’.

Beliau seolah mengamini ajakan sang pembawa acara siaran langsung tersebut, mendoakan timnas agar menang dalam ajang bergengsi se-Asia Tenggara ini. Mulutnya pun kerap berkomat-kamit, tetapi mata tetap fokus menonton siaran langsung.

Asa masih digantungkan ke langit, manakala asisten wasit pertandingan mengangkat papan informasi tambahan waktu yang menandakan pertandingan akan segera berakhir dalam empat menit ke depan. Keadaan saat itu Indonesia tertinggal 0-1 lewat gol Sarawut Masuk.

Sayangnya, doa juga seakan enggan memberikan skill tambahan bagi pemain Indonesia. Bagaimana tidak, seorang Diego Michiels pun masih kerap melakukan kesalahan elementer: passing antar-pemain!

Tidak tanggung-tanggung! Paling tidak, dua kali pemain naturalisasi, yang dianggap lebih hebat dari pemain lokal ini memberikan umpan kepada pemain cadangan yang berada di luar lapangan.

Ya, Michiels justru membuang bola keluar lapangan bukan memberikan ke temannya yang sudah bersiap menerima umpan dan kemudian memberikan keuntungan kepada pemain Thailand, alih-alih mengejar ketertinggalan timnya sendiri.

Kekalahan sepertinya melekat dengan timnas U-23 maupun senior. Entah sampai kapan tradisi kalah dalam ajang sepak bola internasional berhasil diputuskan oleh mereka.

Hanya Tuhan yang Maha Agung pemilik jawaban itu. Saya, Anda, dan semua penikmat sepak bola Indonesia hanya bisa berharap dan berdoa. Semoga, kekalahan 1-0 dari Thailand di Sea Games kali ini bukanlah musibah.

Ya, musibah seperti yang diucapkan oleh Ratu Atut manakala keluarganya ‘kalah’ dari KPK dalam kasus dugaan korupsi. 


-PO-