1/1/23

Healing untuk hati

Foto koleksi pribadi

 

 *Sebuah Cerpen


Sepertinya Reno dalam suasana hati yang galau. Kalau kata orang zaman kekiniian mental health-nya agak-agak melenceng dari derajat kenormalan. Yang harusnya jam biologis bodi-nya kembali keperaduan eh, dilala sudah lewat dinihari dia masih saja berasyik masuk dengan pernak-pernik yang berbau teknologi. Mulai dari komputer, handphone, dan pastinya media sosial. Ini Reno tukang kredit elektronik apa gimana sih sebenarnya? Huh!


Mungkin Reno butuh healing. Persis seperti yang dia sering saksikan di segenap perangkat tadi. Kalau hati bergejolak, yah healing. Dan, biasanya, plesir ke pulau Dewata jadi gacoan buat hal-hal yang begituan. Soal berhasil menenangkan hati? Itu mah belakangan. Sing penting, foto dulu barang dua rol fuji film isi 36 trus upload deh ke perangkat tadi. Maklum, Reno ini masih punya banyak sisa kenangan foto keliling, jadi yah sekalian manfaatin rol film yang tersisa biar lebih agak bermanfaat, katanya dalam hati. Oiya, jangan lupa. Habis foto pastinya diunggah di media sosial dong biar healing-nya paripurna. Iya, kalau paripurna?! Gimana kalau makin amburadul itu isi jiwa gegara tergoda untuk terus lirik: Apa dan siapa yang komen soal soal Ogut, pikirnya. Beuh, makin runyam dunia percaturan per-healingan.

 

Tak ambil pusing. Reno malah meraih majalah lama. Entah sudah berapa lama nongkrong itu majalah di sudut toiletnya. Biasa, Reno ini orang intelek-intip terus postingan orang sampai merem melek, Wek!; sampai urusan buang hajat saja tidak lepas dari bacaan. Dan ini sepertinya lebih pas di hati. Karena urusan hati dekat dengan perut dan kalau hati bergejolak, perut seolah menarik untuk segera bersanding dengan alamnya. Dan jadi lah healing yang paling tepat sasaran adalah kembali ke naturnya: Nongkrong di toilet bersama bacaan!

 

Mata Reno boleh jadi menatap tajam ke baris demi baris artikel di majalah itu. Tapi soal hati tetap bergejolak. Ini kenapa sakit perut di dinihari sih? Gerutunya sambil mengatur nafas demi kelancaran biologis. Reno ingat. Soal gejolak itu di mana-mana kuncinya satu: Tenang! Nah, ketenangan saling berkelindan dengan pernapasan. Semakin teratur pernapasan, semakin tenang perasaan. Satu...Dua...Satu..Dua..Satu..Dua..Begitu terus alurnya. entah sampai kapan urutan ketiga, keempat dan seterusnya. Yang penting kalau sudah tenang. Pasti, Plung! Eh, maap, maksudnya plong. Jiwa riang gembira lagi.

 

Ah, sudah ah. Sepertinya hati sudah mulai tenang. Sebab perut tak lagi bergejolak. Dan, sepertinya mata sudah mulai mengantuk pula. Jangan-jangan ini akibat bacaan tadi. Syukur kepada semesta, kalau begitu kejadiannya. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Saatnya kini ke peraduan dengan tenang hati..

 

-PO-

 

*Terinspirasi dari kejadian dinihari di sudut toilet Melbourne Raya sambil baca artikel Goodweekend dengan judul: Table Talk karya Dugald Jellie yang bicara soal bagaimana dahsyatnya dampak bercengkerama di meja makan di antara anggota keluarga. Ternyata, kebersamaan makan di meja makan berkaitan erat dengan positive attitude: Mulai dari merasa dihargai dan menghargai hingga ke peningkatan yang signifikan dalam memampukan seseorang untuk bersikap artikulatif :)  


**Met Taon Baru 2023, yah semua..!!! :)