9/12/14

Suami yang Merindu

Enet dan mamanya di sebuah restoran di bandara Soekarno-Hatta pada Selasa malam (3/9/2014).

Pembaca,

Mau tahu rasanya suami yang ditinggal istrinya berpergian ke tempat yang jauh selama hampir dua minggu? Mari sini mendekat. Sebab, saya akan bercerita soal itu..

Malam ini adalah malam ke-10 istri saya berada di negeri seberang guna menjalani kewajibannya sebagai pekerja. Pekerja kantoran, katakanlah begitu.

Dan selama itu pula saya harus berperan ganda: menjadi ayah sekaligus ibu bagi putri saya.

Tapi, tenang. Itu hanya dramatisasi saya saja. Maklum, hampir 7 tahun saya berkecimpung di dunia televisi yang notabene penuh dengan dramatisasi.

Jadi, pengaruh itu masih kental terasa terutama saat menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan sisi psikologis personal seperti ini.

Beruntung, ada babysitter termahal di dunia yang setia menemani saya. Dan, soal-soal domestik pun menjadi sangat ringan dijinjing.

Adalah sang ompung Enet Le Miracle, putri saya, yang membuat segalanya menjadi lebih mudah.

Peran ibu pun bukan masalah besar. Itu sebabnya mereka layak saya sebut sebagai babysitter termahal di dunia. Coba, mau dibayar berapa orangtua ini atas peran mereka yang dahsyat?

Namun, sedikit masalah mulai muncul manakala rasa rindu mulai membuncah. "Mama...mama...mama..."begitu gumam sang buah hati pada malam ketiga.

Sang ompung mengatakan bahwa putri saya juga melakukan hal yang sama siang harinya. Enet memanggil mamanya sambil menghadap ke laptop dengan tangan menghentak-hentakkan ke speaker multimedia yang ada di dekat laptop itu.

Awalnya, saya sedih karena turut merasakan naluri sang bayi berusia satu tahun enam bulan ketika rindu ibunya. Tapi, seketika rasa itu bercampur aduk dengan keheranan, dan bahkan bangga luar biasa.

Pasalnya, putri saya tahu bagaimana cara menjumpai mamanya.

Ya, dia ingat bahwa di kotak ajaib itulah ada citra mamanya dengan suara yang terdengar bergema dari sebuah kotak ajaib lain yang ada di sebelahnya.

Tepat keesokan hari ketika sang istri tiba di benua lain, saya, Enet dan ompung bercengkerama secara maya. Terimakasih kepada penemu SKYPE yang memampukan itu semua terjadi.
 
Dan, saat itu pula menjadi penanda bagi kami sekeluarga memberikan pendidikan teknologi komunikasi seperti internet kepada putri saya ini.

Sayang, meski teknologi sudah sedemikian mutakhir, adakalanya ciptaan manusia memang berbatas. Tidak setiap hari kami mampu saling bertukar kabar secara tatap muka. Bisa jadi, itu pula yang dirindukan Enet.

Sementara saya, masih bisa komunikasi. Meski, hanya sebatas pesan elektronik ataupun chatting.

Tapi, namanya rindu, yah...universal.

Saya juga merasakannya. Terlebih di hari kesebelas di dinihari ini.

Rindu saya bisa jadi melebihi yang dirasakan oleh putri saya. Sebab, Enet tidak memakan sop kambing samsu ala Warung Bang Hoody di Pejaten tadi malam.

Ah, ada-ada saja suami yang merindu ini... :)




-PO-
130914
01:02
*darikesunyianmalamruangkeluarga


7/6/14

Jalan (memang) Menyenangkan



Walking is greatly beneficial for the body and mind! (Leyla Erk McCurdy-National Environmental Education Foundation)


Enet Le Miracle masih belajar jalan mandiri didampingi istri saya, Eva Christy pada Minggu (18/5/2014)


Bicara jalan kaki tidak akan ada habisnya.

Sudah terlalu banyak pula sumber yang memberikan warna terhadap aktivitas sederhana itu.

Satu hal yang tidak akan ada di tempat lain adalah pengalaman jalan kaki yang saya alami.

Sesungguhnya bukan saya yang berjalan kaki. Tapi, Enet Le Mirace anak saya yang melakukannya.

Sabtu siang (5/7/2014), Enet secara mengejutkan dapat berjalan kaki secara mandiri. Dan, saya sangat bersyukur untuk ini.

Sebab, saya sempat khawatir akan kondisi tumbuh kembang putri pertama saya ini. 

Terlebih, manakala saya mengingat dan juga membandingkan beberapa anak dari teman-teman saya yang sudah dapat berjalan secara mandiri lebih awal.

Saya pun berdoa dan menyerahkan segala kekhawatiran saya kepada Tuhan (yang saya sembah dalam nama Yesus Kristus). 

Hasilnya,…

Luar biasa!

Enet dapat berjalan secara mandiri dan memberikan sukacita tersendiri, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi saya dan keluarga.

Ah, jalan kaki (memang) menyenangkan.. :)


-PO-
22:45
060714
*darisudutkamartiduryangsejuk

4/30/14

Galas a.k.a Gak Jelas

Image courtesy of http://abstract-wallpaper.en.softonic.com/ 

Ini cerita penuh dimensi. Bahasa kerennya, komplikasi atau complicated-begitu kata orang Inggris. Tapi, gua sebut ini sebagai galas alias Gak Jelas!

Adalah sebuah kisah tentang seorang yang rajin beribadah. Tapi, mengucapkan salam saja-dalam setiap perjumpaan dengan orang lain-hampir tidak pernah dilakukan.


Ada lagi orang yang taat menjalani ritual keagamaan. Namun, sikap dan perbuatannya sungguh tidak mencerminkan sifat yang agamis.

Lain lagi dengan cerita manusia yang cerdas: tahu membedakan mana yang benar dan yang salah. Tapi sayang. Ketika dia salah, dia tidak sepenuhnya mengaku bersalah.

Kalau yang satu ini soal insan yang berpenampilan dan mengaku baik kepada semua orang. Akan tetapi, kebaikannya mengandung pamrih. Sebab, ketika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, dia murka. Bahkan merasa disakiti. Ah, bukankah kemurnian perbuatan baik itu tak kenal balas jasa?

Itulah cerita galas bin gak jelas yang gua sebut tadi. Dan, gua adalah orang pemilik cerita itu.


-PO-
01.05
010514
*dariruangkerjayangsejuksambilmenantikantayanganlangsungsepakbolapialachampions

4/15/14

Selalu Salut dengan Orang yang Berani Marah meski Salah..

Dunia ini seperti sudah terbalik-balik.

Hitam menjadi putih, dan..

Putih berubah menjadi hitam.

Rasanya, tidak ada lagi kebenaran yang hakiki.

Sebab, segalanya tergantung pada seberapa besar nyali yang Anda miliki.

Seperti sore hari tadi.

Aku melihat pengendara mobil bersitegang dengan pengendara lainnya.

Mari kita sebut pengendara pertama itu si Kumbang dan pengendara satunya dengan sebutan si Macan.

Tampak jelas aura kemarahan dari wajah si Kumbang ketika berhadapan dengan si Macan.

Terlebih, setelah sadar mobilnya memerlukan operasi plastik dengan segera.

Lontaran makian pun muntah dari mulut si Kumbang.

Kasar dan sangat berbisa.

Sadar akan ancaman terhadap dirinya, si Macam seolah bersiap.

Tapi, sayang...

Si Macan seperti tak bertaring.

Diam dan membisu.

Padahal dia punya kuasa untuk menerkam dan menelan si Kumbang, bahkan hanya dengan sekali lahapan.

Apalagi si Macan didukung oleh alam semesta, karena dia berada di jalur yang benar.

Ah, soal benar-salah ini menjadi rancu.

Karena ternyata, sekali lagi, dunia ini seperti sudah terbalik-balik.

Kalaulah ada orang bijak berkata: "Berani karena benar, takut karena salah.."

Maka, sekarang beda cerita.

Karena, kini, orang berani marah meski ia salah.

Dan, aku...

Aku selalu salut dengan orang yang berani marah meski salah!

Seorang petugas Transjakarta melerai sopir Toyota Avanza B 1680 TRG yang memaki sopir Transjakarta di halte Transjakarta, Manggarai, Jakarta pada Selasa sore (15/4/2014). Sopir Toyota Avanza tersebut marah karena mendapati mobilnya tersenggol bus Transjakarta. Padahal, tampak jelas, Toyota Avanza itulah yang nyelonong ke jalur busway secara tiba-tiba.

 
-PO-
*darikantukdanletihsertagundahhati
00:41
160414


4/7/14

Ketika Liburan Tiba..

Apa yang dirindukan kelas pekerja dalam hidupnya?

Naik gaji atau upah? Bisa jadi..

Naik pangkat atau dapat promosi? Mungkin saja..

Atau, pensiun dini untuk segera menjadi manusia independen? Boleh jadi..

Dan, sebagai pekerja (sebenarnya saya lebih suka disebut buruh, lebih membumi kedengarannya hehe), saya juga acap berpikir demikian.

Tapi, tanggal 31 Maret 2014 saya lebih merindu liburan bersama keluarga ketimbang hal lainnya.

Sudah bisa ditebak. Jadilah kami sekeluarga-saya, istri, dan putri saya Enet Le Miracle (1tahun), menikmati liburan keluarga bersama ketika seluruh umat  Hindu di Nusantara ini sedang merayakan Hari Raya Nyepi tahun Saka 1936.

Berbeda dengan liburan terakhir yang kami lalui di pulau Dewata (13-15 Desember 2013) dengan cukup mewah-karena kami menginap di hotel bintang 5 sekelas Westin, Nusa Dua, dengan segenap kemewahannya termasuk makanan internasional yang disajikan restoran Italia Prego, kali ini kami coba menikmati liburan 'murah' dengan suasana alam.

Ya, kami menghabiskan seharian penuh dengan backpacker-an ke SKI Tajur, Bogor, Jawa Barat.

Tujuannya satu. Bertamasya dengan sederhana sambil belajar akan beragam fenomena alam.

Sederhana? Tentu saja. Karena total anggaran kami 'hanya' Rp 300.000. Itu sudah termasuk ongkos pergi-pulang untuk transportasi umum seperti kereta commuter line (Pasar Minggu-Bogor) dan angkutan kota Bogor; makan siang-sore (dengan porsi 'ugal-ugalan' karena kami makan soto mie Bogor di Baranangsia dan di SKI Tajur kami melahap bakso, laksa, dan sate padang hehe); dan membeli oleh-oleh seperti talas bogor, roti 'Unyil' Bogor, dan asinan buah-sayur Bogor.

Rasanya???

DAHSYAT!!!

Liburan kami sangat menyenangkan. Dan, tentu saja sangat bermakna. Utamanya, dalam menumbuhkan rasa kebersamaan (khusus yang ini, hampir sepanjang perjalanan sekira 10 jam saya mendekap putri saya yang belum lama berulang tahun pertama di dada saya dengan bantuan 'tas kangguru' hehe).

Berkenan lebih jauh ikut merasakan indahnya kebersamaan kami? Monggo loh ditengok rekaman foto berikut ini.

Stasiun Bogor menyambut istri dan putri saya dengan cuaca yang sangat bersahabat sekira pukul 11.00. Foto diambil dengan kamera handphone BlackBerry Gemini 8250.

Sebelum meneruskan perjalanan ke SKI Tajur, Bogor kami sengaja singgah di pusat informasi turis yang letaknya sekitar 50 M dari stasiun Bogor. Kami bertanya soal angkutan kota dan tarifnya. Rasanya, kami seperti sedang berkelana di luar negeri saja hehehe..
Selamat datang di SKI Tajur, Bogor, Jawa Barat
Ini dia, bertamasya sambil belajar fenomena alam. Berkenalan dengan binatang kuda.

Wuah, ternyata tidak hanya ada kuda. Kura-kura juga bisa dijumpai dengan gratis di pusat wisata ini.

Liburan 'murah' menjadi semakin komplit dengan mencicipi miniatur pesawat terbang di arena bermain di dalam ruangan SKI Tajur.

Kini, giliran saya yang berpose di depan kamera sesaat sebelum pulang ke rumah. Kami mampir sebentar di toko bayi Baby House yang ada di Jl. Pajajaran.


Sampai jumpa di liburan berikutnya.... :)


-PO-
23:11
*dariruangkerjayangpanasditemanikoleksialbumTheVeryBest-nyaTOTO*




3/14/14

Orang (Paling) Pintar

Sejarah terjadi.

Hari ini untuk kali pertama menggunakan embel-embel tambahan nama di belakang nama lengkap.

Beruntung, bisa menggunakan gelar itu dengan positif. Sebab, ada ilmu dan pengalaman yang ditularkan.

Tapi, yah..

Setiap ada tambahan, pastilah ada beban.

Ini dia, beban menjadi orang pintar karena bergelar. Dituntut harus selalu benar.

Hmmm...

Saya (berdiri keempat dari kiri) bersama Ibu Ratna, Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian PP&PA (berdiri kedua dari kanan) beserta seluruh staf bidang humas Kementerian PP&PA dalam pelatihan penulisan naskah humas di Hotel Akmani (14/3/2014).

-PO-
00.34
150314

1/29/14

Ya Tuhan Tiap Jam

Ilustrasi buku Kidung Jemaat dikutip dari http://pusataplikasigratis.blogspot.com/2012/12/kidung-jemaat-110.html

Judul tulisan ini adalah judul lagu pujian yang saya kutip dari buku lagu Kidung Jemaat. Ya, itu adalah sebuah buku lagu rohani umat kristiani yang biasa digunakan dalam setiap ibadah Minggu jemaat gereja berbagai denominasi di bawah naungan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).

Lagu "Ya Tuhan Tiap Jam" itu sendiri menempati nomor 457 dari total 478 lagu yang ada.

Saya sengaja menuliskan tentang artikel bertemakan lagu yang memiliki lima ayat ini karena untuk pertama kali dalam hidup saya sebagai kepala rumah tangga, saya memperkenalkan kepada putri saya, Enet Le Miracle (10 bln) bagaimana cara ber-Tuhan yang benar.

Tadi dini hari, Rabu (29/1/2014) hujan di daerah rumah kami sangat deras. Bahkan, hujan telah tercurah dari langit sejak malam, Selasa (28/1/2014) sekitar pukul 22.00. Dan, ketika saya terbangun sekitar pukul 04.30, hujan masih awet dengan intensitasnya yang tinggi.

Alhasil, air pun mulai menggenangi depan rumah kami. Tidak tanggung-tanggung, genangan air sudah mencapai lebih dari setengah meter.

Saya panik. Terlebih, hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.

Secara naluriah, dan spontan tentu saja, saya coba cari informasi tentang kondisi sekitar.

Khawatir pun mulai merasuk. Pasalnya, kata berita televisi, banjir sudah mulai mengepung Jakarta kembali.

Istri dan putri saya segera terjaga, manakala saya bangunkan dan beritahu kondisi di luar rumah.

"Kenapa aku gak dibangunin, Bang?" celetuk Eva, istri saya dengan raut wajah yang mulai tampak kebingungan.

Tapi, tidak dengan Enet. Mata bulatnya yang cantik tetap teduh dan memberi kehangatan. Tak tampak kepanikan. Bisa jadi karena dia belum paham akan dunia ini.

Segera saya katakan kepada istri dan putri saya, bahwa kondisi ini berbahaya. "Kita harus bersiap."

Tapi, sontak saya langsung meraih gitar dan buku lagu pujian Kidung Jemaat, alih-alih melakukan hal-hal yang lain seperti berkeluh kesah, mengomel, atau bahkan mencari perhatian lewat komentar-komentar tidak bermakna di berbagai media sosial.

"Enet..kalau hujan terus seperti ini, bukan tidak mungkin kita akan kebanjiran. Jadi, satu-satunya cara kita harus minta ke Tuhan. Nah, karena Tuhan yang kita percaya dalam nama Yesus Kristus itu bertahta di atas pujian, maka yuk kita nyanyi memuji dia. Dan, lihatlah apa yang akan terjadi nanti," khotbah saya ke sang putri dan istri.

Ya Tuhan tiap jam.
Ku memerlukan-Mu
Engkaulah yang memb'ri
Sejahtera penuh

Setiap jam, ya Tuhan
Dikau kuperlukan
Ku datang Juruselamat
Berkatilah 

Entah ini hanya kebetulan belaka atau bukan. Tapi faktanya, selesai kami bernyanyi dengan sepenuh hati (saat itu air mata saya tak terbendung lagi), hujan reda! Ajaib!

Saya kembali katakan ke putri saya, yang selama kami (saya dan istri) bernyanyi, dia hanya bisa melongo sambil mengemut jempol kanannya, bahwa inilah kuasa Tuhan.

Dan, hanya butuh waktu kurang dari dua jam saja, genangan air di depan rumah kami surut.

Soal percaya atau tidak, itu sangat relatif. Tapi, soal keyakinan dalam ber-Tuhan, kami punya cara tersendiri yang ampuh dan ajaib!




-PO-
*23:23
**Ya Tuhan Tiap Jam adalah lagu rohani favorit saya sejak pertama kali berkenalan dengan lagu-lagu rohani dari Kidung Jemaat di usia 5 tahun-an. Lagu itu ditulis oleh Annie Sherwood Hawks pada 1872 dengan judul asli "I Need Thee Every Hour"