1/22/12

assalamualaikum pak




kepada YTH,
bpk.(pir owners)
di tempat.

saya ...(mari kita sebut saja dia BUNGA) Nim : 0664xxxxx mahasiswa jam 17.00 hari rabu,
bapak untuk ujian tekam bsk tgl 25...saya boleh minta materi jawaban buat uas.
terima kasih bpk...


*Sebuah email yang saya terima di akun email: pir_owners@yahoo.com, pada hari Minggu (22/1) pukul 16:54, dengan judul subject : assalamualaikum pak.
Tertarik berkomentar??? Silakan saja! Asalkan saja, slogan utama harus selalu diingat! 'BEBAS, TAPI SOPAN!!!' ;)



-PO-

00:27 WIB
dalamkosongnya'kampungtengah'

image courtesy of: http://field-negro.blogspot.com/2010/06/youve-got-mail.html

1/11/12

Wanita Asing dan Lika-likunya


Selalu ada yang menarik dalam lika-liku perjalanan hidup ini. Mulai dari bangun tidur kita bisa bernafas lagi. Menguap sejenak, lalu merasakan angin. Suara dan segala unsur semesta lewat indera pun menambah warna lika-liku itu, meski hanya sebatas kondisi terjaga dari lelap.

Bergerak ke aktivitas rutin setiap hari. Berkonflik, lalu berdamai. Atau bahkan hanya sekadar berdramaturgi. Itu jadi bagian lain dari kelok yang namanya hidup. Hingga kemudian raga meletih asa pun dahaga. Ke peraduan kita kembali, seolah jadi penutup bagian dari cerita kehidupan itu.

Dan, tak terasa.....

2012 datang jua. Sedikit terlambat terasa. Terlebih dikaitkan dengan waktu tulisan ini dimunculkan. Itu juga menjadi pemarka bahwa hidup berliku bahkan sedemikian dahsyatnya hingga kini, sudah masuk minggu ke dua di tahun Naga ini.

Seorang kawan baik teman mengampu pun bertukar cerita. Bahwa liku hidup itu sedemikian menarik sehingga ia mendapatkan berkah darinya. 'Yoi, Men..sampe kantor jam sebelasan siang. ngobrol2 sebentar sama kawan di kantor, trus jam 12-an diajak makan siang di luar. Balik lagi ke kantor jam dua-an. Trus mulai bikin script deh buat bahan show-nya si Oom..'cerita sang kawan dengan semangat sambil menikmati sepiring nasi goreng ala mahasiswa di kantin ruang bawah tanah yang pengap karena kepulan asap sigaret yang bingung mencari pintu keluar.

'Nah, untungnye gua jalan sama kawan-kawan tadi pas makan siang. di situ gua kontemplasi. Cari ide dari sekeliling sepanjang perjalanan dari kantor dan ke tempat makan siang.'sambungnya kemudian.

Entah sang kawan ini memang punya ritual berkontemplasi demi memperoleh ide menulis bagi pekerjaannya itu atau semua terjadi begitu saja selayaknya ritual hidup sehari-hari...hmmm..sayang beribu sayang. Saya tak sampai bertanya ke arah sana.

Hidup dan jalan seolah memiliki lika-likunya masing-masing. Mirip-mirip dengan cinta dan benci yang konon berlika-liku hingga kerap bertukar peran. Atau mungkin seperti angkot yang senantiasa berlika-liku dalam setiap tarikan gas sang supirnya. Terlebih bila kejar setoran jadi alasan.

Namun, yang jelas itu angkot malam ini menunjukkan anomalinya. Tidak ada lika-liku di sekitar jam 23 tadi. Pun demikian hampir tidak ada penumpang di deretan bangku belakang angkot bertrayek M16 Kampung Melayu-Pasar Minggu itu. Ya, kecuali saya yang baru saja naik dari jalan Jambul; seorang wanita asing berkerudung warna hitam pekat-yang layaknya wanita-wanita lain yang menumpang angkot-duduk tepat di samping pintu belakang bagian angkot dengan posisi bandan menyorong ke arah luar; dan seorang bocah usia tidak lebih dari 10 tahun yang memilih menyudut di belakang angkot Kijang deretan sang supir.

Saya sendiri memilih duduk merapat ke arah bocah yang tampak kusam dan bertelanjang kaki itu. 'Aik..cuih..cuih..' Bocah itu seketika meludah sekenanya di dalam angkot. Saya terperanjat. Tak tahan menahan kata. Apalagi saya menduga sang bocah adalah korban kerasnya ibukota alias gelandangan atau anak terlantar. 'hey dek, jangan kau buang ludah mu ke situ. kasihan orang lain nanti akan terganggu dengan itu'tegur saya dengan intonasi yang seingat saya sangat datar. Tidak ada bantahan dari bocah yang tampak linglung dan sangat tidak terawat. Namun, semenit kemudian dia beranjak. Tidak terlihat tenang tentu saja. tangan kanannya semapat memegang paha kanan saya. Duga saya, ia coba menahan keseimbangan badannya. Sebentar saja ia tiba di pintu keluar, tapi tetap, tangan kiri mencoba menyeimbangkan badan dengan meraih tulang mobil angkot bagian kiri yang jaraknya hanya sebatas hembusan nafas saja dengan wajah sang wanita asing tadi.

Entah responsif, entah risih. Atau khawatir yang berlebihan kalau tidak mau dikata takut terhadap tingkah polah bocah tadi, sang wanita asing menggeliat bak cacing kepanasan. Menghindar dari si bocah tentu saja. Bahkan, sedari awal saya masuk angkot itu, ekor mata saya sudah menangkap gesture wanita yang saya duga berusia menjelang empat puluh tahun itu bergelagat antipati dengan sang bocah. hmmm...tampilan gembel soalnya. Bisa dimaklumi.

Tapi ironis. Selang sepuluh menit kami berdua bersama di angkot, terungkaplah kalau dia sangat menyayangkan kebiadaban manusia yang sudah merajalela. 'Coba ya lu lihat aja..sekarang ini di mana rasa kemanusiaan itu kalau antar kita saling perang. Saudara sendiri saling tidak diperhatikan. Mana rasa kemanusiaan itu? Kemanusiaan kita itu kalah dengan rasa kebinatangan kita'celotehnya dengan nada emosi dan penuh semangat.

Ah, kawan ini..ia berhasil membuat benak saya sangat tergelitik. Bahkan lebih dari itu. Saya merasa tidak rela melepas momen ini untuk tidak dituliskan. Tidak lain karena ada terminologi kemanusiaan yang didengungkan. Sementara yang tampak kasat mata??? hmmmm...entahlah!

Jadilah tulisan sederhana ini. Pastinya dalam pola ala kadarnya. Maklum, sudah jam berapa ini??? Sementara esok, jam empat pagi saya harus sudah bangun lagi. Pastinya untuk melakoni lika-liku kehidupan. Dan kali ini, ritualnya adalah 'mencari segenggam berlian'



-PO-
dariironiungkapankemanusiaandanperbuatan
02:42 WIB


*Image courtesy of http://modelkerudung.com/wp-content/uploads/2010/08/tips-perawatan-rambut-wanita-berkerudung.jpg