2/6/11

I Wanna Be Like Gayus Instead of Be Like Mike (Jordan)

“..Andai ku Gayus Tambunan..

yang bisa pergi ke Bali..

Semua keingininannya..

pasti bisa terpenuhi..”
( Bona Paputungan)






Di suatu malam setiba di rumah, saya melakukan ritual yang sangat wajib: ambil remote control tivi lalu menyalakannya. Saat itu, tidak ada preferensi acara tertentu atau bahkan stasiun televisi tertentu yang mau saya tonton. Wong namanya saja ritual, ya.. semua sekenanya saja. Tidak perduli apa yang tersiar di tivi tadi, sayapun beranjak ke dapur yang tidak jauh letaknya dari tivi tersebut. Tujuan saya satu. Mengambil segelas air putih untuk melepas dahaga.

Belum juga air di gelas sepenuhnya pindah ke kerongkongan, lamat-lamat saya mendengar lantunan lagu ‘..andai ku Gayus Tambunan…’ Kontan, dengan gelas masih menempel di mulut seraya menghabiskan minuman, saya merapatkan diri kembali ke televisi untuk memastikan lantunan suara yang tadi samar saya dengar.

Ternyata, apa yang saya dengar adalah sebuah video klip lagu dari seseorang yang bernama Bona Paputungan. Di lagu itu iapun berandai-andai menjadi Gayus Tambunan. Pasalnya, “..semua keinginannya pasti bisa terpenuhi..”begitu alasan Bona dalam lagu berjudul 'Andai Ku Gayus Tambunan'.

Saya terdiam untuk sesaat. Konsentrasipun coba saya tingkatkan untuk memahami adegan demi adegan yang tertayang dalam video klip. Sayangnya, belum sempat habis saya menonton video klip itu, dering telepon membuyarkan segalanya. “Men, cepetan ke lapangan. Anak-anak sudah pada datang nih..”teriak seorang kawan di ujung telepon yang mengingatkan saya bahwa malam itu sejatinya agenda saya bermain bola basket di lapangan dekat rumah. Benar! Saya memang pecinta olah raga basket. Bahkan, saya sudah jatuh cinta sejak kanak-kanak.

Syahdan, saya pun segera berbenah dan bergerak menuju lapangan basket. Tentu saja, saya tidak menyelesaikan tayangan video klip tadi. Dampaknya, mudah ditebak. Sambil berjalan kaki menuju lapangan saya masih juga memikirkan video tersebut. Saya penasaran. Namun anehnya, saya malah terbawa ke dalam sebuah memori masa kecil. Ya, memori dimana saya sangat mengidolakan sesosok yang sejalan dengan hobi saya: bermain bola basket. Siapa lagi kalau bukan Michael Jordan!

Saat itu, tepatnya tahun 90-an, saya sangat mengagumi Jordan. Betapa tidak, Jordan dengan gaya khasnya: Air Jordan, mampu ‘berjalan’ di udara sebelum kemudian menceploskan bola ke dalam keranjang. Jordan juga punya segudang ‘gaya’ memasukkan bola ke dalam keranjang. Sebut saja reverse jam, windmill jam, atau lean jam, yang pada akhirnya membawa si kepala pelontos ini menjadi juara kontes slam dunk NBA tahun ‘87 dan ‘88. Tidak hanya itu, pria keturunan afro-america itu juga turut berperan penting dalam menghantarkan tim-nya, Chicago Bulls, menjuarai 6 kali turnamen bola basket paling bergengsi di dunia: NBA, yaitu tahun ‘91-‘93 dan ‘96-’98 (dikenal juga dengan sebutan double-threepeat).

Kekaguman saya semakin bertambah manakala Michael Jordan akhirnya mendapat ganjaran setimpal dari segudang prestasinya dengan dinobatkan menjadi orang nomor 4 di dunia yang masuk dalam daftar The Wealthiest Black Americans pada tahun 2009 oleh majalah Forbes. Pasalnya, Jordan mengantungi uang sebanyak 525 juta dollar Amerika-dari bermain basket dan bintang iklan beberapa produk.

Itulah sebabnya saya ingin menjadi Michael Jordan! Apalagi setelah menjelang remaja saya ketahui dari biografi-nya ternyata Mike memperoleh kesuksesannya bukan dengan instan. Ya, dia bahkan pernah dicoret dari tim basket di sekolah-nya karena dianggap penampilannya biasa saja. Namun, Jordan bangkit dan terus berlatih tanpa kenal lelah.”Saya memejamkan mata setiap kali saya rasa letih dalam berlatih, dan membayangkan nama saya ada pada ruang penyimpanan (locker room)"ujar Jordan dalam biografinya.

Buah perjuangannya pun mulai terasa. Selain prestasi dan harta yang melimpah tadi, Jordan menjadi ikon yang fenomenal. Dia jadi kekaguman banyak orang, khusus-nya era 90-an. Dalam tulisan kata pengantar buku “How To Be Like Michael Jordan”, Helmy Yahya, sang presenter yang pernah meraih penghargaan Panasonic award, juga mengaku mengidolakan Jordan. Ratusan bahkan ribuan orang mengaku dalam situs pribadi mereka bahwa mereka ingin menjadi seperti Michael Jordan. Dan ini, segera direspon cepat oleh salah satu produk minuman energy dengan menciptakan lagu ‘I wanna be like Mike’.

‘..andai ku Gayus Tambunan..yang bisa pergi ke Bali..semua keinginannya pasti bisa terpenuhi…’Lantunan salah seorang teman yang sedang melakukan pemanasan dengan menembakkan bola ke keranjang sekejab membuyarkan memori masa kecil saya tadi. ‘Nah itu dia si Jayus Tambunan sudah datang. Woi..cepetan. Mau main nih..’Teriak teman yang lain.

Usai main basket, sayapun bergegas pulang.

Gara-gara diledek dengan panggilan Jayus Tambunan, selama perjalanan pulang saya jadi berpikir tentang sosok Gayus. Kemunculan mantan pegawai kantor pajak yang mulai ramai diperbincangkan dari maret 2010 ini tidak pernah luput dari perhatian masyarakat hingga sekarang. Bahkan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Ito Sumardi, pernah mengatakan kalau harta kekayaannya bisa mencapai hampir 200 milyar rupiah.

Ya, tidak heran memang. Harta yang sedemikian banyak adalah juga ganjaran ‘prestasi’ Gayus. Sebut saja KPC, Bumi Resources, Arutmin, adalah tiga perusahaan yang merasa berhutang budi karena ‘prestasi’ Gayus dalam membantu mengurus pajak mereka. Dan untuk itu, Gayus menerima hampir 100 Milyar rupiah sebagai imbalannya.

Gayus Tambunan menjadi sosok yang fenomenal sepanjang 2010 di bumi pertiwi ini karena prestasinya yang lain. Ia berhasil mencetak rekor 68 kali keluar masuk penjara meski dalam status sedang ditahan. Lebih dahsyat lagi, ketika keluar dari penjara ia tidak hanya berplesiran ke Bali tapi juga ke luar negeri seperti Macau dan Singapore.

Dus, wajar saja banyak orang memperbincangkan ‘capaian’ Gayus tersebut. Hanya orang yang punya keahlian dan kemampuan khusus yang bisa berbuat demikian. Tidak heran, kemudian, muncul orang yang mengidolakan Gayus Tambunan. Bona Paputungan salah satumya.

Tidak hanya itu, beberapa teman saya di jejaring social Facebook juga menuliskan keinginan mereka supaya bisa seperti alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tersebut. Ujung-ujungnya mereka ingin punya uang banyak di usia yang masih relatif muda: 31 tahun.

Sangking asyiknya pikiran ini berkelana ke soal Gayus, saya jadi seperti tidak sadar kalau ternyata sudah tiba di rumah kembali. Remote tivi pun kembali saya rengguk untuk kemudian menjalankan ritual memasang televisi tanpa preferensi acara tertentu. Sambil asik memencet-mencet tombol remote untuk mencari program yang menarik, saya membatin, “Hmm..kalau dia jadi ditahan 7 tahun penjara, kira-kira akan berplesiran kemana lagi ya…atau malah..dia kapok berplesiran tapi jadi betah di dalam penjara karena ruangannya sudah didesain khusus dengan sejumlah interior seperti kasur empuk, AC, telepon, atau bahkan ruang karoke???” Well, kalau itu yang terjadi saya juga mau jadi Gayus Tambunan. Anda juga?



-PO-

darikeremanganmalam

240111

02:26 WIB

*tulisan ini juga dapat dinikmati pada situs berita Okezone:
http://news.okezone.com/read/2011/03/09/58/432916/gayus-tambunan-versus-michael-jordan

juga bisa disimak di situs Metro Siantar:
http://metrosiantar.com/OPINI/Gayus_Tambunan_Versus_Michael_Jordan