7/25/11

De eL??? (Derita Lu???)

Today

.........................................................................................1:29am

dor

.........................................................................................1:29am

wholla..

.........................................................................................1:32am

tidurrrr

.........................................................................................1:32am

akan..

.........................................................................................1:33am

rencana

.........................................................................................1:33am

menulis..

.........................................................................................1:34am

bahwa

.........................................................................................1:34am

mumet..

.........................................................................................1:35am

sesungguhnya apa?

.........................................................................................1:36am

kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan..

.........................................................................................1:38am

siapakah yang merdeka?

.........................................................................................1:38am

ah..ternyata itu maya belaka..

.........................................................................................1:38am

maka teruslah bermimpi untuk merdeka itu









*terinspirasi dari 'colekan' tengah malam Kak Andi Aisyah Lamboge lewat jalur FB chat di tengah-tengah rencana menulis note soal pengalaman berlalu lintas tadi malam. Maksud hati ingin meneruskan amarah yang tadi sempat kurang tersalurkan kepada para pengendara mobil mewah (ada sedan Mercedes, Honda Jazz, dll), ada juga angkot, dan tentu saja pengendara motor yang dengan 'sigap' melompati separator jalur busway (antara jalan Gatot Subroto dan Cawang-Halim) untuk segera keluar dari jalur busway tadi demi menyelamatkan diri dari razia Polisi di ujung jalur itu. Para 'pelompat' yang sigap itu langsung banting setir ke kiri meski di kirinya ada kendaraan lain yang sedang melaju sekitar 50 Km/jam. Saya kaget dan marah! Klakson pun saya bunyikan tanpa henti. Pikiran saya terbang ke jalur busway itu. Bukan menempatkan diri sebagai para pengendara yang berusaha mengamankan diri dari tilangan pak Polisi. Tapi, ke pengalaman saya sehari-hari bersama puluhan penumpang bus Transjakarta yang berusaha mengamankan pijakan kakinya demi tetap kuat menopang tubuhnya sekitar satu jam-an-tentu saja setelah menunggu lebih dari setengah jam kedatangan bus transjakarta itu sebelumnya-dan juga mengamankan barang-barang bawaan mereka dari para pengutil yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dalam bus AC seharga 3500 ribu perak itu. Namun, salah seorang pengendara motor yang ikutan 'melompat sigap' tadi malah memalingkan wajahnya ke arah saya seperti tidak terima di-klakson..Dengan klakson tetap membahana, saya membelalakkan mata dan menyorongkan wajah ke arah kaca depan. Bukan untuk mengajaknya baku hantam. Tapi mengajak dia dan para pengendara lain untuk berpikir dan merasa apa yang terjadi di dalam Transjakarta sana..



** '...kita harus mencari untung. Bahkan itu harus. Tapi, jangan membuat orang lain merugi!' (anonim)





*** gambar ilustrasi diambil dari: http://www.flickr.com/photos/38851823@N02/4943384781/











-PO-

02:45 WIB

7/4/11

..kencinglah sebelum kencing itu dikenai pajak..

Ini petang, malam menjelang. Ritualnya bagi para pekerja (kalau tak mau dikata buruh) pulang kandang. Mulai dari pekerja kantoran gedung mewah sampai ke para burik alias buruh pabrik menyerbu jalanan.


Biasanya kalau sudah begini macet jadi langganan. 'Ah,macetnye gile beneeeeerr..'celoteh kawan di wall facebooknya.

'Mana neh ahlinya..?' Timpal kawan yang lain seolah tidak lengkap rasanya hidup ini kalau tidak bersahut komentar di facebook. 'Udeeeehh boikot aja..kagak usah bayar pajak! Sekian!' Timpal kawan lain.



Komentar kawan yang terakhir bisa jadi masuk akal. Pajak itu sejatinya dibayarkan warga negara kepada pemerintah untuk kemudian dikembalikan bagi kemaslahatan alias kenikmatan warga tadi.

Tapi memang manusia tidak pernah ada puasnya. Sudah dibangunkan jalan mulai dari yang biasa, yang tanpa hambatan, bahkan sampai ke yang melayang, tetap juga tidak puas. 'Gua puas kalo ini macet diurai' kira-kira begitu saya mencoba menerka.



Saya jadi berpikir-pikir kalau begini kenyataannya. 'Meski berhitung dengan masak akan melaksakan kewajiban bayar pajak karena harus terlebih dahulu mengurangi kenikmatan.



Tapi, petang ini alur pikir tadi bisa jadi patah demi kencing. Ups..maksudnya batal demi hukum.

Terlebih ketika saya melihat seorang pemuda (lihat foto di atas) yang tak saya kenal dengan begitu vulgarnya kencing di depan saya. Bahkan, pria itu tak peduli meski bisa saja kemaluaannya-yang katanya paling privat (maaf!) terlihat orang.



Lalu, kenapa dia demikian berani? Bisa jadi dia berpikir kencing itu sejatinya limbah dari metabolisme tubuh tyang harus segera dibuang. Atau malah dia juga berpikir seperti saya..'Mending gua kencing sekarang mumpung belum dikenai pajak...'



Teng nong..teng nong..teng nong..teng nong..



'Perhatikan..jalur 3. Akan melintas KRL dari selatan menuju Jakarta-Kota..'



'Wuah kereta saya tuh...sudah dulu ya...malu kalau harus pegang-pegang BB apalagi facebook-an di kereta (kelas kambing soalnya..heuheuheu)'





*daristasiunkeretapasarminggu

18.15 WIB



-PO-

**foto: koleksi pribadi yang diambil secara candid dengan kamera henpon dari jarak satu setengah meter dari si subjek (04/07)