1/18/10

Mintalah..Maka Kau akan Diberi!




"Mak...bagi duit dong..buat ongkos neh," teriak saya dari luar pintu rumah sesaat sebelum pergi beraktivitas pagi ini. "Neh..cepek cukup..?" balas teriakan dari dalam rumah yang notabene adalah ibunda tercinta.

Begitulah dialog singkat antara saya dan ibunda sesaat menjelang keberangkatan saya memulai hari pertama di minggu ke tiga bulan Januari 2010. Saya meminta...dan sang bunda pun menjawab. Tidak hanya dengan perkatan. Atau bahkan tidak dengan jawaban negatif. Namun, sang bunda menjawab positif sembari berbuat: memberi uang untuk ongkos saya. Bahkan, pemberian ibunda itu terasa berlebihan. Bagaimana tidak. Wong yang diminta untuk ongkos berangkat ke kantor, kok malah diberi dengan jumlah yang bukan hanya dipakai untuk ongkos berangkat ke kantor hari itu tapi jumlah tadi bisa untuk ongkos satu bulan.

Mengapa berlebih? Yuk, mari kita hitung. Jarak dari rumah saya ke kantor satu kali perjalanan sejatinya dekat saja. Memang..jarak dekat itu tidaklah seperti jarak dekat yang termaktub dalam kisah-kisah persilatan di novel Wiro Sableng: hanya sepelemparan batu saja. Namun, jarak dekat rumah-kantor saja dapat ditempuh dengan menumpang (baca: naik gratis, turunnya bayar...) angkutan umum metromini. Tepatnya Metromini S75 jurusan Pasar Minggu-Blok M. Nah, untuk ongkos sekali jalan itu hanya Rp 2000. Sekarang, Anda bisa bayangkan jika di tangan saya ada cepek pemberian ibunda tadi, maka kira-kira bisa untuk bayar berapa kali naik Metro mini ya?! Oh iya..cepek tadi maksudnya adalah seratus ribu rupiah.

Tidak perlu dijawab. Itu hanyalah pertanyaan retoris. Tadi, saya katakan itu bisa untuk bayar ongkos selama sebulan. Tapi..itu adalah jawaban sederhana saja. Mengapa? sebab saat saya menulis tulisan ini sudah lewat tengah malam dan kondisi tenaga sudah tinggal sisa-sisa saja. Dus, supaya sederhana..saya tulis sebulan saja. Artinya jumlah itu sebenarnya bisa saja lebih. Intinya, saya lagi malas berhitung di malam ini..Mohon maklum ya..

Alih-alih, minta..trus diberi seperti tadi bukanlah hal pertama dalam hidup saya. Fenomena itu sejatinya inherent dalam jiwa dan raga saya. Itu sebabnya saya tergerak untuk mengabadikannya dalam tulisan kali ini.

Sebagai gambaran, Minggu malam kemarin saya juga merasakan hal serupa. Namun, malam itu terasa berbeda dengan pagi tadi. Pasalnya, kalau pagi saya minta ke ibunda yang secara empiris terlihat secara kasat mata, maka malam Senin kemarin saya minta kepada sesuatu yang abstrak. Namun..hasilnya sangat nyata.

Malam itu...saya minta agar serangkaian agenda aktivitas saya hari Senin ini bisa tercapai. Saya minta agar usaha saya mengumpulkan tanda tangan para pejabat dari berbagai divisi di kantor saya bisa terpenuhi. Ini dalam rangka saya harus mengumpulkan tanda tangan bos-bos tadi sebagai prasyarat clearance sheet untuk cuti di luar tanggungan saya. Saya juga minta agar saya juga bisa menemani kekasih saya yang akan ke rumah sakit. Tidak hanya itu, saya juga minta agar proses pengurusan visa belajar saya ke negeri kincir angin juga berjalan mulus sehingga saya bisa berangkat studi ke sana akhir bulan Januari ini.

Hasilnya??? Semua permintaan saya itu terpenuhi!!! Tanda tangan berhasil saya kumpulkan, meski belum semuanya. Kekasih sayapun merasa senang karena saya temani ke rumah sakit. Terakhir, saya mendapat kabar positif dari NESO Indonesia-selaku pengurus visa belajar saya ke negeri kumpeni. "Pir..Visa kamu bisa diambil tanggal 27 ya..tanggal 28 kamu berangkat..", ucap Siska Aprilianti, sang koordinator beasiswa dari Neso Indonesia ketika menelepon saya Senin siang tadi.

Ini menjadi begitu berkesan. Kenapa? kalau dibandingkan dengan permintaan saya ke ibunda yang kemudian direspon dengan pemberian berlebihan, maka ketika saya meminta kepada Sang Abstrak justru sebaliknya. Saya tetap mendapatkan jawaban yang terkesan kurang, karena masih ada beberapa bos yang belum tanda tangan. Namun, itu tidak merugikan saya.

Sambil mengernyitkan dahi, saya coba memahami fenomena ini. Sayangnya...selain karena otak saya yang pas-pasan, ditambah lagi saya letih, jadilah saya tetap tidak mengerti.

Ah...daripada saya juga berkutat dengan kebingungan saya ini... saya coba tuliskan saja semua itu. Harapannya...selain bisa sedikit melegakan kebingungan saya bak benang kusut itu, semoga tulisan ini juga bisa menjadi inspirasi siapapun yang membaca tulisan ini. Ya, tentu saja inspirasi untuk tidak sungkan-sungkan dalam meminta. Bahkan kepada yang paling 'abstrak' sekalipun. Sebab, sejatinya, sekali Anda meminta, pada saat itulah Anda berpengharapan. Nah, berbahagialah Anda yang berpengharapan..karena berarti Anda hidup!

No comments:

Post a Comment