1/29/14

Ya Tuhan Tiap Jam

Ilustrasi buku Kidung Jemaat dikutip dari http://pusataplikasigratis.blogspot.com/2012/12/kidung-jemaat-110.html

Judul tulisan ini adalah judul lagu pujian yang saya kutip dari buku lagu Kidung Jemaat. Ya, itu adalah sebuah buku lagu rohani umat kristiani yang biasa digunakan dalam setiap ibadah Minggu jemaat gereja berbagai denominasi di bawah naungan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).

Lagu "Ya Tuhan Tiap Jam" itu sendiri menempati nomor 457 dari total 478 lagu yang ada.

Saya sengaja menuliskan tentang artikel bertemakan lagu yang memiliki lima ayat ini karena untuk pertama kali dalam hidup saya sebagai kepala rumah tangga, saya memperkenalkan kepada putri saya, Enet Le Miracle (10 bln) bagaimana cara ber-Tuhan yang benar.

Tadi dini hari, Rabu (29/1/2014) hujan di daerah rumah kami sangat deras. Bahkan, hujan telah tercurah dari langit sejak malam, Selasa (28/1/2014) sekitar pukul 22.00. Dan, ketika saya terbangun sekitar pukul 04.30, hujan masih awet dengan intensitasnya yang tinggi.

Alhasil, air pun mulai menggenangi depan rumah kami. Tidak tanggung-tanggung, genangan air sudah mencapai lebih dari setengah meter.

Saya panik. Terlebih, hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.

Secara naluriah, dan spontan tentu saja, saya coba cari informasi tentang kondisi sekitar.

Khawatir pun mulai merasuk. Pasalnya, kata berita televisi, banjir sudah mulai mengepung Jakarta kembali.

Istri dan putri saya segera terjaga, manakala saya bangunkan dan beritahu kondisi di luar rumah.

"Kenapa aku gak dibangunin, Bang?" celetuk Eva, istri saya dengan raut wajah yang mulai tampak kebingungan.

Tapi, tidak dengan Enet. Mata bulatnya yang cantik tetap teduh dan memberi kehangatan. Tak tampak kepanikan. Bisa jadi karena dia belum paham akan dunia ini.

Segera saya katakan kepada istri dan putri saya, bahwa kondisi ini berbahaya. "Kita harus bersiap."

Tapi, sontak saya langsung meraih gitar dan buku lagu pujian Kidung Jemaat, alih-alih melakukan hal-hal yang lain seperti berkeluh kesah, mengomel, atau bahkan mencari perhatian lewat komentar-komentar tidak bermakna di berbagai media sosial.

"Enet..kalau hujan terus seperti ini, bukan tidak mungkin kita akan kebanjiran. Jadi, satu-satunya cara kita harus minta ke Tuhan. Nah, karena Tuhan yang kita percaya dalam nama Yesus Kristus itu bertahta di atas pujian, maka yuk kita nyanyi memuji dia. Dan, lihatlah apa yang akan terjadi nanti," khotbah saya ke sang putri dan istri.

Ya Tuhan tiap jam.
Ku memerlukan-Mu
Engkaulah yang memb'ri
Sejahtera penuh

Setiap jam, ya Tuhan
Dikau kuperlukan
Ku datang Juruselamat
Berkatilah 

Entah ini hanya kebetulan belaka atau bukan. Tapi faktanya, selesai kami bernyanyi dengan sepenuh hati (saat itu air mata saya tak terbendung lagi), hujan reda! Ajaib!

Saya kembali katakan ke putri saya, yang selama kami (saya dan istri) bernyanyi, dia hanya bisa melongo sambil mengemut jempol kanannya, bahwa inilah kuasa Tuhan.

Dan, hanya butuh waktu kurang dari dua jam saja, genangan air di depan rumah kami surut.

Soal percaya atau tidak, itu sangat relatif. Tapi, soal keyakinan dalam ber-Tuhan, kami punya cara tersendiri yang ampuh dan ajaib!




-PO-
*23:23
**Ya Tuhan Tiap Jam adalah lagu rohani favorit saya sejak pertama kali berkenalan dengan lagu-lagu rohani dari Kidung Jemaat di usia 5 tahun-an. Lagu itu ditulis oleh Annie Sherwood Hawks pada 1872 dengan judul asli "I Need Thee Every Hour"

No comments:

Post a Comment