8/7/13

Cinta dalam Semangkuk Minyak Kemiri

Minyak kemiri dalam mangkuk yang dimasak tanpa pengawet selama sekitar 2 jam, Selasa (06/08/2013). Foto koleksi pribadi diambil dengan kamera henpon.

"I love you, easy to say but it takes a long time to prove..."

Mari kita bicara cinta (lagi)... 

Hmm..saya berasumsi Anda bosan bicara cinta. Entah itu karena Anda belum mendapatkan cinta sejati, atau justru karena sedang ketiban pulung: patah hati (lagi), atau mungkin Anda muak mendengar kata cinta karena cinta menjadi seonggok mahluk yang terlalu "basi" untuk dibicarakan. 

Baiklah. Anggaplah asumsi itu benar. Jadi, lebih baik kita sudahi saja bicara cinta.

Tapi, saya masih ingin melanjutkan tulisan ini. 

Izinkan saya sedikit mengganti ajakan tadi dengan: 

Mari kita buktikan cinta...

Ya, seharusnya sedikit lebih baik. Sebab, kali ini cinta akan berwujud. Tidak lagi abstrak, se-abstrak rayuan gombal ala Alay : "Neng, Tanah Abang luas loh..Kalau ndak percaya, tanya saja sama orang-orang".

Lalu, apa bukti cinta itu? 

Banyak! Bahkan teramat banyak! Dulu, ketika saya masih ABG (Anak Baru Gede) seringkali saya dengar kawan-kawan yang berpacaran (pria-wanita) mengatakan bahwa kalau ciuman (di bibir) menjadi hal yang lazim sebagai bukti cinta. Beranjak dewasa, saya mendengar kisah lain. Bahwa kalau memang cinta, "Yuk, bajunya dibuka dong biar kita bisa bercinta.."

Membayari ketika sedang beli makanan atau barang-barang lain juga acap dijadikan bukti kadar cinta seseorang.

Lain cerita dengan pengunjung jembatan Hohenzollernbrucke di Koln, Jerman. Tahun 2010 saya menyaksikan bagaimana warga Koln atau turis yang mengunjungi jembatan itu berlomba-lomba menunjukkan bukti cinta mereka dengan sebuah gembok yang dikuncikan di sela-sela sisi jembatan tersebut. Uniknya, simbol cinta dalam gembok itu tidak hanya milik mereka yang berpasangan seperti pria-wanita, tapi juga pasangan sejenis. Tidak hanya itu, mereka yang satu keluarga juga terlihat ikut memasangkan gembok di jembatan yang dibangun antara tahun 1907 dan 1911 tersebut. 



Pasangan pria-wanita melintasi jembatan Hohenzollernbrucke di Koln, Jerman yang dipenuhi dengan "gembok cinta" di satu sisinya. Image courtesy of http://hungeree.com/culture/the-love-locks-of-cologne-germany/


Tentu saja, gembok yang ditautkan dijembatan yang melintasi sungai Rhine itu bukanlah gembok biasa, melainkan sebuah gembok yang sudah digrafir dengan kata-kata tertentu (biasanya nama yang bersangkutan dan tanggal pemasangan gembok itu).  


Sebuah ungkapan cinta yang diukir di gembok: "A promise of love to our family". Image courtesy of http://journals.worldnomads.com/amy_velleman/photo/36714/917552/France/For-me-this-image-symbolises-Paris-more-traditionally-known-as-the-city-of-love 

Jelas sudah. Bukti cinta, bayaklah ragamnya. Mulai dari sekadar untaian kata-kata romantis, atau memberikan pengorbanan tertentu, hingga membuat beragam simbol cinta seperti rentetan gembok di jembatan (fenomena simbol cinta di jembatan juga terdapat di beberapa negara di Eropa dan Australia).

Saya juga tak mau ketinggalan  buktikan cinta kepada pasangan dan anak perempuan saya. Merelakan waktu tidak kurang dari dua jam untuk menemani istri menggongseng kemiri pada Selasa (07/08/2013) semoga menjadi bukti cinta itu sendiri. Ini menjadi lebih berarti manakala hasil minyak kemiri itu akan kami oleskan di kepala puteri kami demi mendapatkan rambut yang tebal dan berwarna hitam bak mahkota yang indah.

Hmmm,...apalah artinya bukti cinta itu? Bunda Teresa pernah berujar, "Not all of us can do great things. But we can do small things with great love". Ya, semoga menemani istri menggongseng minyak kemiri demi sang puteri jadi hal kecil yang membuktikan besarnya cinta itu sendiri..


-PO-
070812
16.03 WIB
 

No comments:

Post a Comment