7/17/24

Sang Pembeda

Kover buku karya JD Vance. Diambil dari https://www.amazon.com.au/Hillbilly-Elegy-J-D-Vance/dp/0062300547
 


Tulisan ini ditulis tengah malam. Penuh kegelisahan, hasrat dan semangat (saya mencoba mencari padanan kata yang tepat dari COURAGE di dalam bahasa Inggris tapi yang terlintas adalah semangat itu). Tapi, di sisi lain, kondisi fisik dan mental teramat sangat lelah. Maka, harap maklum kalau secara struktur tata kalimat seharusnya tulisan ini jauh lebih bisa menemukan keindahan dan makna yang lebih bernilai. Utamanya soal koherensi antar-kalimat.


Ah, terbaca seperti terlalu panjang untuk sebuah pengantar tulisan. Tapi, inilah namanya pembeda. Tulisan yang berbeda tapi dengan keterangan yang menyerta. Harapannya, kejelasan masih tampak di sana.


Bicara soal pembeda, sebenarnya saya ingin bertutur soal sosok. Namanya JD Vance. Dia adalah politisi muda (kelahiran tahun 1984) yang dipilih secara resmi sebagai calon wakil presiden Amerika Serikat mendampingi Donald Trump, sang calon presiden. Dahsyat, bukan?! Iya dong?! Terlalu sekali kalian kalau tidak melihat Vance dari sisi usia sebagai sebuah fenomena yang dahsyat. Wakil presiden negara adikuasa dunia, loh?!


Soal biografi, atau bahkan latar belakang lengkap Vance, monggo dibaca sendiri di banyak referensi di dunia maya. Seperti yang saya katakan di awal, malam dinihari ini saya sedang sangat lelah tapi ingin sekali menuliskan isi otak ini. Satu hal yang menjadi pusat perhatian saya adalah bukan hanya usia Vance yang masih sangat relatif muda untuk menjadi pemimpin negara adidaya, tetapi alasan terpilihnya Vance menjadi sesuatu pembeda dari yang ada (dan pastinya yang pernah ada).


Ah, saya suka sekali dengan terminologi pembeda ini. Sebab, secara konseptual, pembeda ini dalam perspektif ilmu komunikasi (yang selama ini menjadi bidang yang saya geluti dan nikmati-bukan hanya kuasai karena sejatinya ilmu komunkasi adalah sekumpulan tips kehidupan dalam menjalin hubungan baik dengan sesesama manusia demi mencapai harmoni-ini juga saya pilih sebagai adopsi kata Indonesia terbaik dari bahasa Inggris, yaitu mutual understanding). Pembeda itu sejatinya erat kaitannya dengan konsep penanda, yang dalam bahasa Inggris lagi disebut sebagai signifier.


Dan, menurut BBC.com salah satu alasan terpilihnya Vance sebagai VP Donald Trump adalah Hillbilly Elegy. Vance menulis memoar dalam judul tersebut dan menjadi fenomenal alias terkenal, termasuk setelah buku itu-yang terbit pada 2016-menjadi serial netflix pada 2020. Ternyata, sosok Vance dengan karya itu menjadi poin yang signifikan yang mampu menutup lubang yang Trump rasakan dalam perebutan kekuasaannya kembali di tahta gedung putih tahun 2024 ini.


Masih ada lagi! Satu hal yang menjadi unsur kunci pembeda Vance adalah kalimat pembuka dari buku tersebut. Intinya-saya parafrase dengan terjemahan bebas bahasa Indonesia-bahwa Vance merasa dirinya adalah orang biasa. Meski dia lulusan fakultas Hukum Yale University-sebagai salah satu kampus terbaik dunia, tapi tetap itu adalah biasa saja. Sebab, sekitar 200 orang juga lulus dari kampus itu setiap tahunnya. Jadi, apa yang beda dong kalau begitu? (Sebagai catatan, kemampuan untuk melabelkan bahwa lulus Yale Uni hanya dengan selembar bukti ijasah adalah sesuatu yang biasa merupakan kemampuan tersendiri yang menjadi pembeda kelas pribadi Vance dari yang lainnya, dan saya sangat suka dengan ini, bahkan cenderung telah menerapkannya dalam beberapa konteks kehidupan). 


Nah, di titik itulah, Vance memutuskan untuk menulis Hillbilly Elegy ini sebagai pembeda dirinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Di mana, buku ini adalah cerita non-fiksi alias memoar yang sepenuhnya bertutur tentang dirinya dan masa lalunya, dengan mengambil sudut pandang cerita keluarganya sebagai imigran keturuan Irlandia yang miskin dan penuh dengan masalah sosial. 


Dahsyat, kan?!


Saya pikir, kita bisa sependapat soal kedahsyatan ini. Yah, meski selalu ada ruang untuk berbeda pandangan. tetapi, toh kalau ketemu, masih bisa ngopi bareng duns?! hehe..  


Omong-omong, karya pembeda Vance ini ditulis tahun 2016 saat dia masih berusia 31 tahun. Dan, 4 tahun berselang, serial Netflix dengan judul yang sama mengudara. Siapa nyana, pada 2024 ini, JD Vance dipilih menjadi calon Wakil Presiden Amerika Serikat mendampingi Donald Trump, yang sangat berpotensi besar menang pemilu, terlebih karena mendapatkan simpati luar biasa akibat menjadi korban penembakan beberapa hari yang lalu.


Dan, omong-omong lagi, saya juga sudah nulis buku loh. Bukan memoar, tapi novel. Apakah itu juga bisa menjadi pembeda? Maksudnya pembeda yang dua kali empat tahun berikutnya akan berbuah sesuatu yang dahsyat seperti yang dinikmati oleh Vance?


Entahlah!


Sudah ngantuk, euy...


Sudah dulu yah..


Ciao!


-PO-

01.47am; 180724